Monday, 19 October 2015

MAKALAH PENGGUNAAN KALIMAT EFEKTIF BAHASA INDONESIA

MAKALAH
PENGGUNAAN KALIMAT EFEKTIF
Disusun Sebagai Pelaksanaan Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Ampuan Drs.Petrus Hariyanto,MPd.

Disusun oleh :
ADRIANUS T.S AREP
Kelas B
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA  YOGYAKARTA
November 2014

KATA PENGANTAR
            Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang  Maha Esa, karena berkat kemurahan-Nya makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang “Penggunaan Kalimat Efektif”. Sebuah pokok bahasan yang cukup sederhana namun masih banyak menimbulkan kesalahpahaman yang mendasar tentang hakikat penggunaan kalimat efektif tersebut.
            Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman tentang konsep dalam Penggunaan Kalimat Efektif dan sekaligus menjadi tugas Akhir Semester dalam mata kuliah Bahasa Indonesia.
            Dalam proses penyelesaian makalah ini saya berterimakasih kepada orang-orang yang telah terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung, khususnya Bapak Drs. Petrus Hariyanto selaku dosen pengampu dalam mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah memberikan arahan yang berguna bagi proses pembuatan makalah ini.

            Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat saya harapkan untuk penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat.

                                                           

                                                                        Yogyakarta, 25 November 2014


                                                                    Adrianus T.S. Arep




DAFTAR ISI
1. PENDAHULUAN
            1.1 Latar Belakang      ………………………………………….1
            1.2 Rumusan Masalah    ………………………………………..2
            1.3 Tujuan    ……………………………………………………2
            1.4 Manfaat Penulisan   ………………………………………..2
            1.5 Batasan Masalah    …………………………………………2
2. ISI
            2.1 Pengertian Kalimat Efektif    ………………………………3
            2.2 Ciri-ciri Kalimat Efektif    …………………………………3
            2.3 Penyebab Kesalahan-kesalahan dalam Penggunaan Kalimat
                  Efektif    ……………………………………………………6
3. PENUTUP
            3.1 Kesimpulan    ……………………………………………….10
            3.2 Saran    ……………………………………………………...10
4. DAFTAR PUSTAKA    ……………………………………………...11
5. LAMPIRAN    ………………………………………………………..12



BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
            Setiap gagasan pikiran atau konsep yang dimiliki seseorang pada prakteknya harus dituangkan dalam bentuk kalimat. Kalimat tersebut disusun berdasarkan kaidah-kaidah yang berlaku, sesuai dengan aturan-aturan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Kata-kata yang digunakan dalam membentuk kalimat haruslah dipilih dengan tepat, sehingga makna kalimat menjadi jelas. Kalimat yang benar dan jelas akan mudah dipahami orang lain secara tepat. Kalimat yang demikian disebut kalimat efektif. Sebuah kalimat efektif haruslah memiliki kemampuan untuk memunculkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran penulis. Hal ini berarti bahwa kalimat efektif disusun secara sadar untuk mencapai daya informasi yang diinginkan penulis terhadap pembaca.
            Tidak dapat dipungkiri bahwa mayoritas masyarakat Indonesia tidak mampu berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Secara kebahasaan, kesulitan tersebut merupakan akibat dari ketidakmampuan pembicara atau penulis untuk mengungkapkan kalimat-kalimat yang benar sebagai media penyampaian ide-idenya. Seringkali ditemukan orang yang mempunyai konsep ide yang brillian, namun kurang berhasil dalam mengkomunikasikannya kepada orang lain. Hal ini merupakan salah satu kendala dalam pengembangan ilmu. Realitanya masih banyak masyarakat Indonesia yang belum memahami apa dan bagaimana kalimat efektif itu sendiri. Oleh karena itu, saya menyusun makalah ini dengan judul “Penggunaan Kalimat Efektif”. Semoga dapat bermanfaat bagi kita semua yang membacanya.



1
1.2 Rumusan Masalah
  1. Apa yang dimaksud dengan kalimat efektif ?
  2. Bagaimana ciri-ciri kalimat efektif ?
  3. Apa saja penyebab kesalahan-kesalahan dalam penggunaan kalimat efektif?
1.3 Tujuan
  1. Mendeskripsikan pengertian dan maksud penggunaan kalimat efektif.
  2. Mendeskripsikan ciri-ciri kalimat efektif.
  3. Mendeskripsikan penyebab kesalahan-kesalahan dalam penggunaan kalimat efektif.
1.4 Manfaat Penulisan
  1. Mahasiswa mampu memahami pengertian kalimat efektif.
  2. Mahasiswa mampu mengetahui dan membedakan kalimat-kalimat yang merupakan kalimat efektif berdasarkan ciri-cirinya.
  3. Mahasiswa mengetahui penyebab kesalahan-kesalahan dalam penggunaan kalimat efektif.

1.4 Batasan Masalah
            Agar masalah pembahasan tidak terlalu luas dan lebih terfokus pada tujuan dalam hal pembuatan makalah ini, maka penyusun membatasi masalah hanya dalam ruang lingkup Kalimat Efektif.

 2

BAB II
ISI
2.1 Pengertian Kalimat Efektif
            Menurut Diana (2008 : 103), kalimat efektif ialah kalimat yang mampu menyampaikan pesan kepada orang lain sebagaimana yang dimaksudkan oleh penuturnya. Kosasih (2003 : 72 ) berpendapat bahwa kalimat efektif ialah kalimat yang memenuhi syarat sebagai berikut : secara tepat mewakili pikiran pembicara atau penulisnya, mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar atau pembaca dengan yang dipikirkan penutur atau penulisnya. Dan menurut Barus (2010 : 81 ) kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau penutur secara tepat dan dapat menimbulkannya dalam pikiran pembaca atau pendengar sesuai dengan yang dipikirkan oleh penulis atau penutur.
            Berdasarkan beberapa uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kalimat efektif merupakan satuan bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. Kalimat adalah satuan bahasa yang terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik secara lisan maupun tulisan. Kalimat efektif benar-benar dapat mejalankan fungsinya sebagai sarana komunikasi yang baik.

2.2 Ciri-ciri Kalimat Efektif
            Sebuah kalimat efektif mempunyai ciri-ciri : yaitu kesepadanan struktur, keparalelan bentuk, ketegasan makna, kehematan kata, kecermatan penalaran, dan kelogisan bahasa.


                                                   3
2.2.1 Kesepadanan Struktur
            Kesepadan adalah keseimbangan pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ditandai oleh kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik. Kesatuan menunjuk bahwa dalam satu kalimat hendaknya hanya ada satu ide pokok. Satu ide pokok tidak diartikan sebagai ide tunggal, tetapi ide yang dapat dikembangkan kedalam beberapa ide penjelasan.
Ciri-ciri kesepadanan kalimat :
  1. Mempunyai struktur yang jelas.
  2. Kejelasan subjek dan predikat dapat dilakukan dengan tidak menggunakan kata depan : di, dalam, bagi, untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya yang ditempatkan didepan subjek.
  3. Tidak terdapat subjek ganda.
  4. Predikat kalimat tidak didahului oleh kata “yang”.
2.2.2 Keparalelan atau Kesejajaran Bentuk
            Keparalelan atau kesejajaran bentuk adalah terdapatnya unsur-unsur yang sama derajatnya, sama pola atau susunan kata dan frasa yang dipakai dalam kalimat. Bila bentuk pertama menggunakan nomina, maka bentuk kedua dan seterusnya juga harus menggunakan nomina. Demikian pula bila menggunakan bentuk-bentuk yang lain.

2.2.3 Ketegasan atau Penekanan Makna
            Ketegasan berarti memberikan perlakuan khusus pada suatu kata tertentu dalam kalimat sehingga berpengaruh terhadap makna kalimat secara keseluruhan.


4
Ada beberapa cara penekanan dalam kalimat :
  1. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu pada awal kalimat.
  2. Melakukan pengulangan (repetisi)
  3. Melakukan pengontrasan kata kunci
  4. Menggunakan partikel penegas

2.2.4 Kehematan Kata
            Kehematan adalah upaya menghindari pemakaian kata yang tidak perlu, jadi suatu kalimat menjadi padat dan berisi.
Untuk menghemat kata dapat dilakukan dengan cara :
  1. Menghilangkan penggunaan subyek secara berulang-ulang
  2. Menghindari adanya kesinonman dalam satu kalimat
  3. Tidak menjamakkan kata yang sudah jamak.
2.2.5 Kecermatan Penalaran
            Kecermatan penalaran maksudnya bahwa sebuah kalimat tidak menimbulkan tafsiran ganda, dan tepat dalam pilihan kata. Artinya bahwa penafsiran ganda dapat mengakibatkan ketidakcermatan penalaran. Tafsiran ganda disebut juga ketaksaan atau ambiguitas. Ambiguitas atau ketaksaan sering diartikan sebagai kata yang bermakna ganda. Ambiguitas timbul dalam berbagai variasi ujaran atau bahasa tertulis. Misalnya, frase buku sejarah baru dapat ditafsirkan sebagai (1) buku sejarah itu baru terbit, atau (2) buku berisi sejarah zaman baru. Tiga bentuk utama ketaksaan, ketiganya berhubungan dengan fonetik, gramatikal, dan leksikal.

5
2.2.6 Kelogisan Bahasa
            Suatu kalimat disebut logis apabila kalimat tersebut dapat diterima oleh akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku. Kelogisan dilihat dari makna/informasi yang dipaparkan dalam suatu kalimat, bukan berdasarkan strukturnya. Kelogisan erat kaitannya dengan ketatabahasaan. Jadi sebuah kalimat disebut logis apabila gagasan yang disampaikan masuk akal, hubungan antar gagasan dalam setiap kalimat masuk akal dan hubungan antara gagasan pokok dan penjelas masuk akal.


2.3 Penyebab Kesalahan-kesalahan dalam Penggunaan Kalimat Efektif
            Kalimat efektif merupakan kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang ada pada pikiran pembicara dan penulis. Kesalahan-kesalahan yang fatal sering terjadi pada penggunaan kalimat efektif tersebut.
Faktor penyebab kesalahan dalam penggunaan kalimat efektif adalah sebagai berikut :
  1. Kalimat tidak bersubjek dan tidak berpredikat/kalimat buntung
            Susunan kalimat seperti ini adalah kalimat yang dipenggal-penggal seperti terdapat dalam bahasa lisan. Kalimat-kalimat yang dipenggal itu masih mempunyai hubungan gantung dengan kalimat lainnya. Kalimat yang mempunyai hubungan gantung disebut anak kalimat, sedangkan kalimat yang digantunginya disebut induk kalimat. Kalimat ini sering dijumpai dalam kegiatan berbahasa sehari-hari.


6
  1. Penggandaan subyek
            Dalam kaidah berbahasa Indonesia terdapat ketentuan bahwa kalimat yang baik adalah kalimat yang memiliki subyek dan predikat. Akan tetapi, jika terjadi penggandaan subyek, kalimat tersebut seolah-olah kurang tegas bagian mana yang mendapat penekanan.
  1. Penggunaan kata-kata yang tidak perlu
            Dalam penulisan kalimat sering dijumpai pemakaian dua kata sambung yang megandung makna yang sama dipakai sekaligus. Menurut kaidah yang berlaku, hal tersebut termasuk pemakaian kata yang mubazir atau tidak perlu digunakan.
  1. Penghilangan kata hubung
            Gejala penghilangan kata hubung dalam anak kalimat sering ditemukan dalam tulisan-tulisan resmi. Hal ini timbul karena terpengaruh oleh bentuk partisif Bahasa Inggris. Berdasarkan kenyataan, kata hubung sebagai penanda anak kalimat yang sering ditanggalkan adalah : jika, apabila, setelah, sesudah, ketika, karena, dan sebagainya. Sebagian besar pemakai bahasa tidak menyadari bahwa bentuk tersebut salah.
  1. Pedanan yang tidak serasi
            Hal ini sering ditimbulkan oleh ketidakcermatan pemakai bahasa untuk memilih padanan kata yang sesuai, sehingga yang sering muncul dalam dalam pembicaraan sehari-hari adalah padanan yang tidak serasi. Hal ini ditandai dengan adanya dua kaidah bahasa bersilang digabungkan dalam dalam sebuah kalimat.



7
  1. Kesalahan urutan kata
            Kesalahan urutan kata sebagian besar disebabkan oleh pengaruh bahasa asing. Sebagian besar kesalahan dalam urutan kata tersebut adalah terjemahan harfiah dari bahasa asing. Hal ini dikatakan salah sebab struktur bahasa asing tidak sama dengan struktur bahasa Indonesia.
  1. Urutan yang tidak paralel
            Jika dalam suatu kalimat terdapat beberapa unsur rincian, maka rincian tersebut seharusnya sejajar atau paralel dengan rincian yang lainnya. Apabila unsur pertama merupakan kata benda, maka unsur berikutnya juga berupa kata benda, misalnya : unsur pertama dalam bentuk di-…-kan, unsur berikutnya juga berbentuk di-…-kan.
  1.  Kalimat tidak logis
            Suatu kalimat dikatakan tidak logis apabila kalimat tersebut tidak dapat diterima oleh akal sehat atau nalar. Hal ini terjadi karena pembaca atau penulis kurang hati-hati dalam memilih kata. Kesalahan ini sering terjadi dalam penggunaan bahasa Indonesia sehari-hari.
  1. Bentuk resiprokal yang salah
            Bentuk eesiprokal adalah bentuk bahasa yang mengandung arti ‘berbalasan’. Bentuk resiprokal dapat dihasilkan dengan cara menggunakan kata saling atau dengan kata ulang berimbuhan. Akan tetapi, jika kedua bentuk tersebut digunakan secara bersamaan dalam suatu kalimat, maka terjadilah bentuk resiprokal yang salah.
  1. Penjamakan yang ganda
            Dalam pemakaian bahasa sehari-hari seringkali terjadi kesalahan dalam penggunaan bentuk jamak sehingga terjadi bentuk yang rancau atau kacau. Bentuk jamak dalam bahasa Indonesia dilakukan dengan cara sebagai berikut :
8
  • Bentuk jamak dengan melakukan pengulangan kata yang bersangkutan seperti : kuda-kuda, meja-meja, buku-buku.
  • Bentuk jamak dengan menambah kata bilangan seperti : berbagai aturan, beberapa meja, semua buku.
  • Bentuk jamak dengan menambah kata bantu jamak seperti : para.
  • Bentuk jamak terdapat pula dalam kata ganti orang seperti : mereka, kami, kita, kalian.
  1. Pengaruh bahasa asing
            Dalam pemakaian bahasa Indonesia masih banyak yang terpengaruh oleh struktur bahasa asing. Seseorang menggunakan bahasa Indonesia, tetapi untuk kata-kata tertentu menggunakan terjemahan harfiah dari bahasa asing. Sering dijumpai penggunaan kata-kata dimana, yang mana, hal mana, dan saya punya X yang merupakan terjemahan harfiah dari kata where, which, dan my X. (Zaenal Arifin : 2008)
  1. Pengaruh bahasa daerah/dialek
            Dalam aktivitas tulis-menulis tidak dibenarkan adanya penggunaan kata-kata atau struktur dielek daerah tertentu, karena pembaca dari daerah lain tidak dapat memahami apa yang dituliskan. Penggunaan bahasa daerah juga tidak diperbolehkan dalam hal-hal yang bersifat resmi, misalnya penulisan karya ilmiah berupa makalah maupun atau dalam sebuah presentasi.





9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
            Kalimat efektif merupakan kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara secara tepat, sehingga pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya. Kalimat efektif mempunyai ciri-ciri yakni : Kesepadanan struktur, keparalelan bentuk, ketegasan makna, kehematan kata, kecermatan penalaran, dan kelogisan bahasa.
            Suatu kalimat dikatakan sepadan apabila ada keseimbangan antara gagasan dan struktur bahasa yang dipakai. Suatu kalimat dikatakan paralel apabila ada kesejajaran bentuk dan unsur-unsur yang sama derajatnya. Suatu kalimat dikatakan tegas apabila suatu kata tertentu dalam suatu kalimat diberi perlakuan khusus sehingga berpengaruh terhadap makna kalimat secara keseluruhan. Kehematan kata ditandai dengan menghindari pemakaian kata yang tidak perlu sehingga suatu kalimat menjadi padat dan berisi. Kecermatan penalaran berarti sebuah kalimat tidak menimbulkan tafsiran ganda, dan tepat dalam pilihan kata. Kalimat disebut logis apabila kalimat tersebut dapat diterima oleh akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku.
            Dalam pemakaian bahasa Indonesia tidak lepas dari kesalahan-kesalahan yang menyebabkan suatu kalimat dikatakan tidak efektif. Ketidakefektifan kalimat tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti :
  1. Pemakaian kalimat tidak bersubyek/kalimat buntung
  2. Penggandaan subyek
  3. Penggunaan kata yang tidak perlu
  4. Penghilangan kata hubung
  5. Padanan yang tidak serasi
  6. Kesalahan urutan kata
  7. Urutan yang tidak paralel
  8. Kalimat tidak logis
  9. Bentuk resiprokal yang salah
  10. Penjamakan ganda
  11. Pengaruh bahasa asing
  12.  Pengaruh bahasa daerah
            Dengan adanya pengaruh dari faktor-faktor tersebut dapat berakibat kesalahan dalam penafsiran maksud atau makna dari sebuah kalimat.

3.2 Saran
            Para pendidik sebaiknya memahami dengan seksama dan benar tentang Bahasa Indonesia, terutama dalam penggunaan kalimat efektif. Hal ini agar di dalam proses belajar mengajar terjadi komunikasi yang baik dan tepat penggunaan bahasanya antara pendidik dan peserta didik.









10
DAFTAR PUSTAKA
Badudu, J.S. 1984. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta: PT Gramadia Pustaka Utama.
Rezak, Abdul. Kalimat Efektif. Jakarta: PT Gramadia Pustaka Utama
Situmorang, B.P, Drs. 1982 Bahasa Indonesia (Sebagai Bahan Kuliah Dasar untuk Perguruan Tinggi). Ende-Flores : Nusa Indah.
Nababan, Diana. 2008. Intisari Bahasa Indonesia untuk SMA. Rantauprapat : PT Kawan Pustaka.
Kosasih, E. 2003. Ketatabahasaan dan Kesusastraan. Bandung : CV Yrama Widya.
Barus, Sanggup. 2010. Pembinaan Kompetensi Menulis. Medan : USU Press












11
LAMPIRAN
            2.2 Ciri-ciri Kalimat Efektif
2.2.1 Kesepadanan Struktur
Contoh :
            1. Mempunyai subjek dan predikat yang jelas
§  Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (SALAH)
§  Semua mahasiswa perguruan tinggi harus membayar uang kuliah. (BENAR)
            2. Tidak terdapat subjek yang ganda
§  Saat itu saya kurang jelas. (SALAH)
§  Saat itu bagi saya kurang jelas. (BENAR)

2.2.2 Keparalelan atau Kesejajaran Bentuk
Contoh :
Kalimat :  Tahap terakhir penyelesaian gedung itu  adalah kegiatan pengecatan tembok, memasang penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.
ΓΌ  Kata bergaris bawah yang merupakan bagian dari predikat pada kalimat diatas tidak paralel. Kata bergaris bawah pertama dan ketiga adalah nomina berafiks peng—an, sedangkan kata berafiks kedua adalah verba berafiks meng--. Kalimat diatas dapat diperbaiki dengan mengubah kata bergaris bawas kedua enjadi berimbuhan peng—an, seperti berikut ini :

12
Kalimat setelah perubahan :
Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, pemasangan penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.

2.2.3 Ketegasan atau Penekanan Makna
Contoh :
            1. Menempatkan kata yang ditonjolkan diawal kalimat
§  Sumitro menjelaskan bahwa manusia mempunyai kecenderungan tidak puas.
§  Persoalan itu dapat diselesaikan dengan mudah.
            2. Repetisi (pengulangan kata)
  • Saudara-saudara kita tidak suka dibohongi, kita tidak suka ditipu dan  kita tidak suka dibodohi.
  • Pembangunan dilihat sebagai proses yang rumit dan mempunyai banyak dimensi , tidak hanya berdimensi ekonomi tetapi juga dimensi politik, dimensi sosial dan dimensi budaya.
            3. Pengontrasan Kata Kunci
  • Informasi ini tidak bersifat sementara, tetapi bersifat tetap.
  • Peserta kegiatan ini adalah laki-laki, bukan perempuan.
            4. Penggunaan Partikel Penegas
  • Andalah yang bertanggung jawab menyelesaikan masalah itu.
  • Meskipun hujan turun, Ia tetap bersemangat berangkat ke sekolah.
13
2.2.4 Kehematan Kata
Contoh :
            1. Menghilangkan pengulangan subyek
  • Karena Dia tak diundang, Dia tidak datang ke tempat itu. (SALAH)
  • Karena tak diundang, Dia tidak datang ke tempat itu. (BENAR)
            2. Menghindarkan kesinoniman dalam suatu kalimat
  • Jangan naik ke atas karena licin. (SALAH)
  • Jangan naik karena licin. (BENAR)
            3. Tidak menjamakkan kata yang sudah jamak
  • Ia mengambil semua jeruk-jeruk yang ada di meja. (SALAH)
  • Ia mengambil semua jeruk yang ada di meja. (BENAR)

2.2.5 Kecermatan Penalaran
Kalimat 1 : Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.
ΓΌ  Kalimat ini memiliki makna ganda, yaitu tentang siapa yang terkenal, mahasiswa atau perguruan tinggi.
Kalimat 2 : Yang diceritakan menceritakan tentang putra-putri raja, para hulubalang dan para menteri.
ΓΌ  Pada kalimat ini terdapat kesalahan pemilihan kata, karena dua kata yang bertentangan yaitu diceritakan dan menceritakan. Kalimat diatas dapat diubah menjadi :
Yang diceritakan ialah putra-putri raja, para hulubalang dan para menteri.

14
2.2.6 Kelogisan Bahasa
Contoh :
Kalimat : Bapak penceramah, waktu dan tempat saya persilahkan.
ΓΌ  Kalimat ini tidak logis/tidak masuk akal, karena waktu dan tempat adalah benda mati yang tidak dapat dipersilahkan. Kalimat tersebut seharusnya diubah menjadi :
Bapak penceramah saya persilahkan untuk naik ke podium. (BENAR)

2.3 Penyebab Kesalahan-kesalahan dalam Penggunaan Kalimat Efektif
a)      Kalimat tidak bersubjek dan tidak berpredikat/kalimat bunting
Contoh :
No.
Bentuk Tidak Baku
Bentuk Baku
1.
Hari ini saya tidak dapat berangkat ke kampus. Karena saya sakit.
Hari ini saya tidak dapat berangkat ke kampus karena sakit.
2.
Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
Kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
3.
Semua orang akan berhasil dalam hidup. Apabila bekerja keras.
Semua orang akan berhasil dalam hidup apabila bekerja keras.
4.
Mereka tetap bekerja seperti biasa. Walaupun diperlakukan tidak adil oleh pimpinannya.
Mereka tetap bekerja seperti biasa walaupun diperlakukan tidak adil oleh pimpinannya.
5.
Saya akan datang ke pertemuan itu. Kalau hari tidak hujan.
Saya akan datang ke pertemuan itu kalau hari tidak hujan.
15
b)      Penggandaan Subyek
Contoh :
No.
Bentuk Tidak Baku
Bentuk Baku
1.
Penyusunan laporan ini kami dibantu oleh Bapak Dosen.
Dalam menyusun laporan ini kami dibantu oleh Bapak Dosen.
2.
Obat-obatan yang rasanya pahit dia tidak suka.
Dia tidak suka obat-obatan yang rasanya pahit.
3.
Rumah yang bertingkat itulah orang asing tersebut tinggal.
Di rumah yang bertingkat itulah orang asing tersebut tinggal.
4.
Devaluasi rupiah 12 September yang lalu, harga barang-barang mengalami kenaikan.
Karena devaluasi rupiah 12 September yang lalu, harga barang-barang mengalami kenaikan.

c)      Penggunaan Kata-kata yang Tidak Perlu
Contoh :
No.
Bentuk Tidak Baku
Bentuk Baku
1.
Sejak dari kecil ia sudah terlihat sebagai anak yang cerdas.
Sejak (dari) kecil ia sudah terlihat sebagai anak yang cerdas.
2.
Berbuat baik kepada ibu bapak adalah merupakan kewajiban kita.
Berbuat baik kepada ibu bapak adalah (merupakan) kewajiban kita.
3.
Kita harus menghormati orang lain agar supaya orang lain itu menghormati kita.
Kita harus menghormati orang lain supaya (agar) orang lain itu menghormati kita.
4.
Kredit investasi kecil membantu masyarakat, seperti misalnya petani dan pedagang.
Kredit investasi kecil membantu masyarakat, seperti (misalnya) petani dan pedagang.
16
d)     Penghilangan Kata Hubung
Contoh :
No.
Bentuk Tidak Baku
Bentuk Baku
1.
Dilihat secara keseluruhan, kegiatan usaha koperasi perikanan tampak semakin meningkat setelah adanya pembinaan yang lebih intensif, terarah dan terpadu.
Jika dilihat secara keseluruhan, kegiatan koperasi perikanan tampak semakin meningkat setelah adanya pembinaan yang lebih intensif, terarah dan terpadu.
2.
Membaca surat Anda, saya sangat terkejut.
Setelah membaca surat Anda, saya sangat terkejut.
3.
Menjawab pertanyaan reporter TVRI, Daniel Ilyas, Direktur Utama Pertamina menyatakan bahwa persediaan minyak cukup banyak.
Ketika menjawab pertanyaan reporter TVRI, Daniel Ilyas, Direktur Utama Pertamina menyatakan bahwa persediaan minyak cukup banyak.

e)      Padanan yang Tidak Serasi
Contoh :
No.
Bentuk Tidak Baku
Bentuk Baku
1.
Karena modal di bank terbatas sehingga tidak semua pengusaha lemah memperoleh kredit.
Karena modal di bank terbatas, tidak semua pengusaha memperoleh kredit.
2.
Apabila pada hari itu saya berhalangan hadir, maka rapat akan dipimpin oleh saudara Daud.
Apabila pada hari itu saya berhalangan hadir, rapat akan dipimpin oleh saudara Daud.
3.
Walaupun malam tadi bertugas siskamling, tetapi ia masuk kantor seperti biasanya.
Walaupun malam tadi bertugas siskamling, ia masuk kantor seperti biasanya.
17
f)       Kesalahan Urutan Kata
Contoh :
No.
Bentuk Tidak Baku
Bentuk Baku
1.
Masalah kemacetan kredit Bimas saya ingin laporkan kepada Bapak.
Masalah kemacetan kredit Bimas ingin saya laporkan kepada Bapak.
2.
Ini malam kita menyaksikan berbagai atraksi yang akan dibawakan oleh putra-putri kita.
Malam ini kita menyaksikan berbagai atraksi yang akan dibawakan oleh putra-putri kita.
3.
Apakah tugas itu Saudara dapat kerjakan?
Apakah tugas itu dapat Saudara kerjakan ?

g)      Urutan yang Tidak Paralel
Contoh :
No.
Bentuk Tidak Baku
Bentuk Baku
1.
Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes.
Harga minyak dibekukan atau dinaikan secara luwes.
2.
Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah pengecatan tembok, memasang penerangan, dan pengaturan tata ruang.
Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah pengecatan tembok, pemasangan penerangan dan pengaturan tata ruang.
3.
Kegiatan proyek itu memerlukan tenaga yang terampil, biayanya banyak dan harus cukup waktunya.
Kegiatan proyek itu memerlukan tenaga yang terampil, biaya yang banyak, dan waktu yang cukup.


18
h)      Kalimat yang Tidak Logis
No.
Bentuk Tidak Baku
Bentuk Baku
1.
Acara berikutnya adalah sambutan Camat Cikatomas, waktu dan tempat kami persilahkan.
Acara berikutnya adalah sambutan Camat Cikatomas, Bapak camat kami persilahkan.
2.
Untuk mempersingkat waktu, kita teruskan acara ini.
Untuk menghemat waktu, kita teruskan acara ini.
3.
Acara berikutnya adalah sambutan Camat Cikatomas. Kepada Bapak Abdul Wahid, B.A kami persilahkan.
Acara berikutnya adalah sambutan Camat Cikatomas. Bapak Abdul Wahid, B.A. kami persilahkan.

i)        Bentuk Resiprokal yang Salah
Contoh :
No.
Bentuk Tidak Baku
Bentuk Baku
1.
Sesama pengemudi dilarang saling dahulu-mendahului.
Sesama pengemudi dilarang saling mendahului.
2.
Dalam pertemuan itu para mahasiswa dapat saling tukar-menukar informasi.
Dalam pertemuan itu para mahasiswa dapat saling menukar informasi.





19
j)        Penjamakan yang Ganda
Contoh :
No.
Bentuk Tidak Baku
Bentuk Baku
1.
Beberapa menteri-menteri luar negeri Asia-Afrika mengadakan pertemuan di Bandung.
Beberapa menteri Luar negeri Asia-Afrika mengadakan pertemuan di Bandung.
2.
Banyak surat-surat yang masuk ke kantor redaksi.
Banyak surat yang masuk kek kantor redaksi.
3.
Para duta-duta besar diharapkan dapat mempromosikan produksi Indonesia di luar negeri.
Para duta besar diharapkan dapat mempromosikan produksi Indonesia di luar negeri.

k)      Pengaruh Bahasa Asing
Contoh :
No.
Bentuk Tidak Baku
Bentuk Baku
1.
Masalah itu akan saya laporkan kepada saya punya atasan.
Masalah itu akan saya laporkan kepada atasan saya.
2.
Masalah yang mana sudah saya jelaskan tidak perlu ditanyakan lagi.
Masalah yang sudah saya jelaskantidak perlu ditanyakan lagi.
3.
Pembunuhan tokoh yang terkemuka itu, hal mana patut disesalkan.
Pembunuhan tokoh yang terkemuka itu merupakan hal yang patut disesalkan.


20
l)        Pengaruh Bahasa Daerah/dialek
Contoh :
No.
Bentuk Tidak Baku
Bentuk Baku
1.
Saya pernah bilang hal itu kepadamu.
Saya pernah mengatakan hal itu kepadamu.
2.
Amir sedang bikin perjanjian diatas kertas segel.
Amir sedang membuat perjanjian diatas kertas segel.
3.
Karena berhasil memimpin anak asuhannya, ia dikasih penghargaan dari pemerintah.
Karena berhasil memimpin anak asuhannya, ia diberi penghargaan dari pemerintah.













21