Monday, 2 November 2015

Tahukah anda bagaimana astronom jaman kuno dapat menentukan Diameter bumi?

Tahukah anda bagaimana astronom jaman kuno dapat menentukan  Diameter bumi?
Atau
 Bagaimana Menentukan Diameter Bumi, pernahkah terpikirkan oleh anda?
Kita semua dapat melakukan kegiatan mengukur. Untuk mengukur diameter, kita dapat menggunakan alat ukur panjang seperti mistar/penggaris, meteran dan juga jangka sorong. Tapi apakah itu mungkin bila benda yang diukur adalah bumi yang kita tempati? Bila kita menggunakan meteran, berapa meter yang harus kita pakai? Berapa waktu yang kita butuhkan? Tentunya ini akan menguras tenaga dan juga biaya.
Namun, pada kenyataannya seorang ilmuwan berhasil melakukan perhitungan diameter bumi pada tahun 230 SM. Ya, dia adalah Eratoshenes. Ia menemukan hasil perhitungan ini dari hasil pengamatannya terhadap gerakan matahari. Dia menengarai bahwa kota Syene di Mesir terletak di equator, dimana matahari bersinar vertikal tepat di atas sumur pada hari pertama musim panas.  Eratoshenes mengamati fenomena ini tidak dari rumahnya, dia menyimpulkan bahwa matahari tidak akan pernah mencapai zenith di atas rumahnya di Alexandria yang berjarak 7° dari Syene. Jarak Alexandria dan Syene adalah 7/360 atau 1/50 dari lingkaran bumi yang dianggap lingkaran penuh adalah 360°. Jarak antara Syene sampai Alexandria   5000 stade. Dengan dasar itu dibuat prakiraan bahwa diameter bumi berkisar:
50 x 5000 stade = 25.000stade = 42.000 km.

Pengukuran tentang diameter bumi diketahui adalah 40.000 km. Ternyata, astronomer jaman kuno juga tidak kalah cerdasnya, dengan deviasi kurang dari 5%. Jadi, Pernahkah terpikirkan oleh anda bahwa pengukuran diameter bumi dapat dilakukan hanya dengan mengamati pergerakan matahari? 

No comments:

Post a Comment