Tahukah
anda bagaimana astronom jaman kuno dapat menentukan Diameter bumi?
Atau
Bagaimana Menentukan Diameter Bumi, pernahkah terpikirkan
oleh anda?
Kita
semua dapat melakukan kegiatan mengukur. Untuk mengukur diameter, kita dapat
menggunakan alat ukur panjang seperti mistar/penggaris, meteran dan juga jangka
sorong. Tapi apakah itu mungkin bila benda yang diukur adalah bumi yang kita
tempati? Bila kita menggunakan meteran, berapa meter yang harus kita pakai?
Berapa waktu yang kita butuhkan? Tentunya ini akan menguras tenaga dan juga
biaya.
Namun, pada
kenyataannya seorang ilmuwan berhasil melakukan perhitungan diameter bumi pada
tahun 230 SM. Ya, dia adalah Eratoshenes. Ia menemukan hasil perhitungan ini
dari hasil pengamatannya terhadap gerakan matahari. Dia menengarai bahwa
kota Syene di Mesir terletak di equator, dimana matahari bersinar vertikal tepat di atas
sumur pada hari pertama musim panas. Eratoshenes mengamati fenomena ini
tidak dari rumahnya, dia menyimpulkan bahwa matahari tidak akan pernah mencapai
zenith di atas rumahnya di Alexandria yang berjarak 7° dari Syene. Jarak
Alexandria dan Syene adalah 7/360 atau 1/50 dari lingkaran bumi yang dianggap
lingkaran penuh adalah 360°. Jarak antara Syene sampai Alexandria
5000
stade. Dengan dasar itu dibuat prakiraan bahwa diameter bumi berkisar:
50 x 5000 stade = 25.000stade = 42.000 km.
Pengukuran tentang diameter bumi
diketahui adalah 40.000 km. Ternyata, astronomer jaman kuno juga tidak kalah
cerdasnya, dengan deviasi kurang dari 5%. Jadi, Pernahkah
terpikirkan oleh anda bahwa pengukuran diameter bumi dapat dilakukan hanya
dengan mengamati pergerakan matahari?
No comments:
Post a Comment